Posted by: bundagaluh | July 9, 2008

Asal Mula Nama Desa Giren

Aku berasal dari sebuah kampung yang lumayan pelosok yaitu desa Giren, Kelurahan Girimargo, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen.

Kecamatan Miri ini terletak di bagian barat kabupaten Sragen sekitar 6-7 kilo dari daerah Gemolong. dari Solo, untuk mencapai kampungku itu sekitar 1 jam perjalanan dengan sepeda motor ke arah utara. Daerah Giren ini merupakan daerah perbukitan di mana untuk mencapainya orang harus melalui jalan yang menanjak (2x) yang sukup tajam. Bahkan becak pun tidak bisa mencapai daerahku itu.

Menurut penuturan para sesepuh kampungku, nama Giren merupakan singkatan dari “Giri Leren” (dalam bahasa Indonesia berarti Giri Istirahat). Yah, memang menurut para sesepuh itu, kampungku merupakan salah satu daerah peristirahatan Sunan Giri ketika ia menyebarkan agama Islam di daerah Sragen. Berikut cerita lengkapnya:

Dahulu kala dalam masa penyebaran agama Islam, tibalah Sunan Giri di suatu daerah perbukitan. Di salah satu bukit itu, ada beberapa warga yang sudah berdiam di situ selama beberapa waktu.

Ketika waktu sholat Dzuhur tiba, Sunan Giri menuju sebuah bukit di sebelah selatan desa tersebut. Sunan Giri mencari-cari sumber air untuk berwudlu. Namun tak satupun mata air yang ia temukan. Lalu ditancapkanlah tongkat yang dibawanya ke tanah sembari membaca “Bismillaahirraahmaanirrahiim..”. Lalu tiba-tiba memancarlah air yang jernih dan membentuk sebuah belik (sumur kecil) ketika tongkat tersebut diangkat oleh Sunan Giri.

Kemudian, Sunan Giri mengambil ceruk (bekas kelapa) untuk mengambil air dan menggunakannnya untuk berwudlu. Selesai berwudlu, Sunan Giri melangkahkan kakinya ke barat menuju sebuah bukit. Di atas bukit itu, Sunan Giri menggelar sajadah yang dibawanya dan mengumandangkan adzan. Beberapa waktu berlalu namun belum ada satupun warga yang mendatangi beliau untuk ikut sholat berjamaah. Beberapa warga hanya melihat ritual yang dilakukan Sunan Giri dari kejauhan Lalu Sunan Giri melakukan Sholat dengan khusuk di atas bukit itu. Selesai melakukan sholat dzuhur, Sunan Giri mengundang warga dan memberikan tauziah tentang agama Islam.

Lalu tibalah saatnya Sunan Giri melanjutkan perjalanannya ke daerah lain. Sepeninggal beliau daerah tersebut diberi nama “Giren yang berarti Sunan Giri Leren (beristirahat).”

Begitulah asal mula kampung kelahiranku mendapatkan nama. Warga kampungku pun sampai sekarang masih melestarikan peninggalan Sunan Giri yang berupa sumber mata air yang sampai sekarang masih terpelihara dengan baik. Di atas bukit tempat Sunan Giri sholat dzuhur pun juga dipelihara dengan baik dan didirikan sebuah pondok kecil yang didalamnya ada sebuah “cungkup” untuk mengubur ceruk dan tongkat” peniggalan Sunan Giri. Pondok kecil dan sekitarnya itu disebut “punden” yang berasal dari kata “pundi (tempat menyimpan)”.

Setiap satu tahun sekali, setelah masa panen kedua (persawahan di kampungku merupakan sawah tadah hujan) diadakan perayaan di punden tersebut. Setiap kepala keluarga membuat nasi tumpeng ayam panggang lengkap. Perayaan dimulai setelah matahari menggelincir ke arah barat (selesai waktu dluhur) sekitar jam 3 siang. Semua warga (bahkan dari kampung-kampung sekitar desa Giren) berbondong-bondong menuju punden tersebut. Anak-anak dengan riang gembira sambil memegang ayam panggang di tangannya masing-masing ikut berjubel menuju punden tersebut.

Dulu (sampai aku duduk di SLTP) perayaan “munden” itu berlangsung sangat meriah bahkan kemeriahannya melebihi perayaan idul Fitri. Namun sekarang, sejalan dengan perkembangan jaman dan meningkatnya pengetahuan warga kampungku terutama mengenai Islam, ritual “munden” itu hanya berlangsung sederhana dan yang berpartisipasipun hanya sebagian warga saja terutama para kakek dan warga yang masih memegang adat/tradisi.

Aku pribadi punya keinginan untuk mengajak Salsa maupun Royan ke punden itu. Bukan untuk mengajak mereka melakukan ritual munden (wong aku sendiri sudah lupa ritualnya ^_^) tapi sekedar memperkenalkan tempat bersejarah dari daerah kelahiran ibu beserta eyang dan keluarga besarnya…

Oiya temen-temen, tadi kampungku itu termasuk kelurahan Girimargo. Nah, nama girimargo itupun juga singkatan dari “Giri dan Margo” yang berarti (Jalan yang dilalui Sunan Giri). Jadi daerah yang hanya dilalui Sunan Giri ketika melakukan penyebaran agama Islam di daerahku dinamakan Girimargo. Wah ternyata, dari sebuah nama menyimpan sebuah makna yang luar biasa yang menyangkut sejarah bangsa kita ini.

PS:
Jika ada temen-temen pengunjung yang mau menambahkan atau memberi masukan terhadap cerita tersebut dipersilahkan lho….thanks before (^_^)


Responses

  1. oh………….

    gitUcH…………

    cEriTaNya………………

    kpan2……………kZh tau DunkDs Tempatnya

    Ok bunDa?????????

    SalaM daRi Maz HBonk………………..

  2. ngapunten mbak, kula lare giren putranipun bapak parno jenggot.

    sakethik koreksi mawon, nami dusun giren leres artinipun sunan giri leren.

    nanging girimargo niku artinipun
    giri : segoro
    margo : dalan.
    dados nami girimargo niku artinipun segoro engkang dados dalan.
    naliko semono desa girimargo niku segoro, sejarah ipun wonten ing museum girimargo miri.

    • maturnuwun koreksine mas….hehehehe kutaunya juga cuma dari cerita-cerita pas waktu kecil dulu je ^_^

  3. Mngkn benar dan mngkn jg tdk.krn asal muasalny kt smua ga tau yg secara pasti.ada yg bilang desa Giren berasal dari singkatan giri uren,yaitu gunung yg dipagari.maksudny mngkn desa giren dikelilingi pagar gaib.dan desa girimargo yg artinya giri=gunung,margo=jalan.mngkn maksudny jalan menuju gunung.entah benar atau salah itu yg sy ketahui dari org tua dan tetangga sy. Waallohu’alam bishowab

    • thanks tambahan dan koreksinya mas Deny…hehe kunulisnya juga cuma berbekal memori yg kudapet waktu kecil dulu. cerita para orangtua ^_^
      btw, mas Deny giren jugakah?

  4. Setahu sy menurut org2 sekitar dan guru sd sy konon desa giren berasal dari kata giri uren,maksudnya gunung yg dipagari.ya mngkn yg dimaksud pagar ialah turus,atau mngkn jg pagar gaib yg tdk kasat mata.yg ktnya setiap mlm 1 syuro bnyk org2 dari jauh dtg ke punden atau ke sungai giren utk ngambil atau berjodoh dgn salah satu pusaka yg menjadi pagarnya desa giren. Dan desa girimargo berasal dari kata giri=gunung dan margo=dalan,yg berarti jalan yg menuju gunung,mngkn gunung kemukus..he..he..he…

  5. Assalamualaikum….
    Hemm…critane nggih sami kalian sing kulo mireng aken!!hee…
    Trz pye kie p’kmbngane desa giren…sing neng perantauan gek balik nginguk desa kalian klwrga…

  6. Assalamualaikum….
    Hemm…critane nggih sami kalian sing kulo mireng aken!!hee…
    Trz pye kie p’kmbngane desa giren…sing neng perantauan gek balik nginguk desa kalian klwrga…

    Viar
    putrine p.Lasmo giren.

    • subhanallaah…indahnya dipertemukan di sini. ayo kapan mudik???

  7. Ceritanya tante hampir sama kayak cerita mama saya..
    Mama saya dulu sering ikut kenduri di punden , paling seneng pas rebutan uang koin pas hujan duit..
    Padahal cuma 50 atau 100-an..
    Hehe..
    Trus kalau mama njereng berkat 5 lembar , nanti habis ayam dibagikan , berkatnya 1 aja..
    Kata mama itu kenangan indah di Giren..

    Tante anaknya siapa?

  8. Ceritanya tante hampir sama kayak cerita mama saya..
    Mama saya dulu sering ikut kenduri di punden , paling seneng pas rebutan uang koin pas hujan duit..
    Padahal cuma 50 atau 100-an..
    Hehe..
    Trus kalau mama njereng berkat 5 lembar , nanti habis ayam dibagikan , berkatnya 1 aja..
    Kata mama itu kenangan indah di Giren..

    Tante anaknya siapa?
    Ini syifa 13 tahun..

    • subhanllaah dik Syifa putri siapa?ni tante anake mbah Saidi tempe nduk…seneng ketemu di sini. tapi maaf jarang update nih ^_^

      • Assalamu’alaikum Bunda Galuh, Syifa anak aku (Sarwini anake Sajimin RT). Kami juga jarang unduh kampung halaman. Salam kami untuk keluarga.

  9. walah malah pada ngributin desa giren wkakakak

  10. kabar desa giren gmn ea?:d q dah lama g tau desa tu lagi…↲pingin pulang tapi g boleh ortu gara2 krjaan gi rame…↲hem sip nasip pdhal kangen ma konco2 dhisek pas ndek cilek hehehe…

  11. nama kampung kita sama
    tapi apakah caeritanya sama

    • iyakah? di daerah mana mas?


Leave a reply to Deny sandhika Cancel reply

Categories